Cerita
Malin Kundang:
Pada suatu ketika hiduplah seorang
anak yang bernama Malin yang tinggal di daerah sumatra, Malin adalah anak yang
cerdas tetapi agak nakal. Malin senang bermain dengan ayam dan mengejarnya.
Pada saat Malin sedang mengejar ayam, ia terjatuh dan lengan kanannya terluka
kena batu. Luka tersebut berbekas di tangannya.
Karena merasa kasihan dengan ibunya
yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Malin memutuskan
untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya setelah kembali ke kampung
halaman kelak.
Awalnya Ibu Malin Kundang kurang setuju, mengingat suaminya juga tidak
pernah kembali setelah pergi merantau tetapi Malin tetap bersikeras sehingga
akhirnya dia rela melepas Malin pergi merantau dengan menumpang kapal seorang
saudagar.Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu
pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba
kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang
dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan
sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh
para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah
ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak
laut.
Malin Kundang terkatung-katung
ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah
pantai. Dengan tenaga yang tersisa, Malin Kundang berjalan menuju ke desa yang
terdekat dari pantai. Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat
subur. Dengan keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan
berhasil menjadi seorang yang kaya raya. Ia memiliki banyak kapal dagang dengan
anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin
Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya.
Berita Malin Kundang yang telah
menjadi kaya raya dan telah menikah sampai juga kepada ibu Malin Kundang. Ibu
Malin Kundang merasa bersyukur dan sangat gembira anaknya telah berhasil. Sejak
saat itu, ibu Malin setiap hari pergi ke dermaga, menantikan anaknya yang
mungkin pulang ke kampung halamannya.
Setelah beberapa lama menikah, Malin
dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya
yang banyak. Ibu Malin yang melihat kedatangan kapal itu ke dermaga melihat ada
dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau yang sedang
berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.
Ibu Malin pun menuju ke arah kapal.
Setelah cukup dekat, ibunya melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut,
semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia dekati adalah Malin Kundang. “Malin
Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?”,
katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian
lusuh dan kotor memeluknya Malin Kundang menjadi marah meskipun ia mengetahui
bahwa wanita tua itu adalah ibunya, karena dia malu bila hal ini diketahui oleh
istrinya dan juga anak buahnya.
Mendapat perlakukan seperti itu dari
anaknya ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi anak
durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menyumpah anaknya “Oh
Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu”.
Tidak berapa lama kemudian Malin Kundang kembali pergi berlayar dan di tengah perjalanan datang
badai dahsyat menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin
Kundang perlahan menjadi kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi
sebuah batu karang.
Itulah akibat dari seorang anak yang
durhaka kepada orang tua, marilah kita sebagai seorang anak berbakti kepada
orang tua agar kelak hidup kita menjadi tentram dan damai.
KESIMPULANNYA ADALAH TERTUANG DALAM FIRMAN ALLAH BERIKUT INI :
Allah ta’ala berfirman
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan
Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orang tuamu dengan
sebaik-baiknya.” (Al-Isra': 23)
Berbuat baik kepada kedua orang tuamu artinya, memberikan bakti dan kasih sayang kepada keduanya.
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَآ أُفٍّ
“Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan ‘ah’ (AI-Isra': 23)
Jangan mengatakan
“ah” artinya, janganlah berkata-kata kasar kepada keduanya jika mereka
telah tua dan lanjut usia. Selain itu, wajib bagimu untuk memberikan
pengabdian (berbakti) kepada mereka sebagaimana mereka berdua telah
memberikan pengabdian kepadamu. Sesungguhnya, pengabdian orang tua
kepada anaknya adalah lebih tinggi dari pada pengabdian anak kepada
orang tuanya. Bagaimana mungkin kedua pengabdian itu bisa disamakan?
ketika kedua orang tuamu menahan segala derita mengharapkan agar kamu
bisa hidup, sedangkan jika kamu menahan derita karena kedua orang tuamu,
kamu mengharapkan kematian mereka
Allah melanjutkan firman-Nya,
وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيمًا
...Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al-Isra': 23)
Yakni ucapan yang lemah lembut.
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’ (AI-Isra':24)
Allah Ta'ala berfirman,
أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah engkau akan kembali (Luqman: 14)
Perhatikanlah
-semoga Allah merahmatimu- bagaimana Allah mengaitkan rasa syukur
kepada kedua orang tua dengan syukur kepada-Nya.
Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Ada tiga ayat yang diturunkan dan
dikaitkan dengan tiga hal, tidak diterima salah satunya jika tidak
dengan yang dikaitkannya:
1. Firman Allah Ta'ala, `Taatlah
kepada Allah dan taatlah kepada Rasul'. Maka barangsiapa taat kepada
Allah namun tidak taat kepada Rasul, ketaatannya tidak diterima.
2.
Firman Allah Ta'ala, `Dan dirikanlah shalat serta tunaikan zakat'. Maka
barangsiapa melakukan shalat namun tidak mengeluarkan zakat, tidaklah
diterima.
3. Firman Allah Ta'ala, Agar kamu bersyukur kepada-Ku
dan kepada kedua orang tuamu.' Barangsiapa bersyukur kepada Allah namun
tidak bersyukur kepada kedua orang tua, tentu saja tidak diterima hal
itu. Oleh karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
Keridhaan Allah ada di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan
Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua. (Diriwayatkan Tirmidzi dari
hadits Abdullah bin Amr, hadits ini diperkuat oleh hadits Abu Hurairah).
Dalam sebuah hadits disebutkan, Seseorang datang kepada
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meminta izin untuk jihad.
Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya, Apakah bapak ibumu
masih hidup ? orang itu menjawab, Ya maka kata Nabi Shallallahu 'alaihi
wa sallam. Hendaklah kamu berbakti kepada keduanya [HR. Bukhari,
Muslim)
Lihatlah bagaimana berbuat baik dan memberikan pelayanan kepada kedua orang tua lebih diutamakan daripada jihad?
Dalam
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Maukah aku beritahu kalian
tentang dosa besar yang paling besar? Yakni menyekutukan Allah dan
durhaka kepada kedua orang tua"
Lihatlah bagaimana Allah
mengaitkan antara menyakiti kedua orang tua, tidak adanya bakti kepada
mereka dengan dosa syirik kepadaNya.
Dalam Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim juga, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Tidak akan masuk surga orang yang durhaka (kepada kedua orang tua,
orang yang menyebut-nyebut kebaikannya, dan yang kecanduan khamr"
Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Jika Allah mengetahui sesuatu
yang lebih hina dari ah' niscaya Allah akan melarangnya. Maka berbuatlah
orang yang durhaka (kepada orang tua) semaunya, pastilah ia tidak akan
masuk surga. Dan berbuatlah orang yang berbakti kepada orang tua
semaunya, tidaklah ia masuk neraka"
Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat orang yang durhaka kepada
orang tua, Beliau bersabda lagi, Allah melaknat orang orang yang mencaci
bapaknya. Allah melaknat orang yang mencaci ibunya. (Diriwayatkan lbnu
Hibban dalam shahihnya dari hadits Ibnu Abbas). Beliau bersabda, Semua
dosa ditunda (siksanya) oleh Allah semau-Nya hingga hari Kiamat kecuali
durhaka kepada orang tua. Sesungguhnya dosa durhaka disegerakan
(siksanya) bagi pelakunya" (Diriwayatkan Hakim dari hadits Abu Bakar
dengan sanad yang baik).
Yakni hukumannya di dunia sebelum hari Kiamat.
Ka'abul
Ahbar Rahimahullah berkata, "Sesungguhnya Allah menyegerakan kehancuran
bagi seorang hamba jika ia durhaka kepada orang tuanya. Kehancuran itu
merupakan siksaan baginya. Dan sesungguhnya Allah menambah umur orang
yang berbakti kepada orang tua agar bertambah pengabdian dan kebaikannya
kepada mereka"
Di antara bentuk pengabdian adalah memberi
nafkah kepada mereka di saat mereka membutuhkan. Seseorang datang kepada
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan berkata, Wahai Rasulullah, ayahku
ingin merampas hartaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, "Kamu dan hartamu untuk bapakmu"
Ka'abul Ahbar
ditanya tentang durhaka kepada orang tua, Apakah !tu? la menjawab,
"Yaitu jika ayah atau ibunya menyumpahinya, ia tidak mempedulikannya.
Jika mereka menyuruhnya, ia tidak mentaatinya. Jika meminta sesuatu
kepadanya, ia tidak memberinya. Dan jika diberi amanat, ia
mengkhianatinya"
lbnu Abbas radhiyallahu anhuma ditanya tentang
Ashabul-A’raf. Ia menjawab, Adapun A'raf, ia adalah sebuah gunung di
antara surga dan neraka. Dikatakan A’raf karena ia lebih tinggi daripada
surga dan neraka. Di sana terdapat pepohonan, buah-buahan, sungai, dan
mata air. Adapun orang-orang yang menempatinya, mereka yang dulunya
pergi berjihad tanpa izin dari ayah dan ibu mereka. Kemudian mereka
terbunuh dalam jihad itu dan kesertaannya dalam perang itu
menghalanginya dari siksa neraka. Sedangkan kedurhakaan kepada orang tua
menghalanginya untuk masuk surga. Maka mereka bertempat di Araf
tersebut hingga Allah memutuskan urusan mereka.
Dalam kedua
kitab Shahih diriwayatkan, "Seseorang datang kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah
yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa? Rasulullah
menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab,
ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, 'Ayahmu.
Kemudian yang paling dekat dan yang paling dekat
Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada
seorang ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali.
Hal itu disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar
dari pada yang dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya
juga lebih besar daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan
beratnya mengandung, kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.
Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma melihat seseorang seseorang
sedang memanggul ibunya dengan lehernya sambil mengelilingi Ka'bah.
Orang itu bertanya, "Hai Ibnu Umar, apakah dengan demikian berarti aku
telah membalasnya?" Ibnu Umar menjawab, "Belum sedikit pun kamu
membalasnya, namun kamu telah berbuat baik kepadanya. Dan Allah akan
membalas atas sedikit kebaikanmu dengan balasan yang banyak"
Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada empat orang yang Allah harus tidak
memasukkan mereka ke dalam surga dan tidak mereka mencicipi
kenikmatannya: orang yang kecanduan terhadap khamr, pemakan riba, orang
yang memakan harta anak yatim secara dzalim, dan orang yang durhaka
kepada kedua orang tua kecuali jika mereka telah bertaubat"
(Diriwayatkan Hakim dengan sanad shahih, namun AI-Mundziri mengatakan
bahwa pada sanad hadits ini terhadap Ibrahim bin Khaitsam yang haditsnya
matruk, tertinggal dan tidak diakui).
Seseorang datang kepada
Abu Darda' Radhiyallahu Anhu dan berkata, Hai Abu Darda', sesungguhnya
aku menikahi seorang wanita dan ibuku menyuruhku untuk menceraikannya.
Abu Darda' berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda. "Orang tua adalah pintu tengahnya surga, jika kamu mau,
hilangkan saja pintu atau jagalah".
Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda, "Ada tiga doa yang terkabulkan dan tidak ada
keraguan padanya: doa orang yang didzalimi, doa orang yang bepergian,
dan doa tidak baik orang tua terhadap anaknya"(Diriwayatkan Tirmidzi,
Abu Dawud, dan Thabrani).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, Seorang bibi berkedudukan sama dengan ibu. Maksudnya
dalam rangka rasa bakti, kebajikan, kemuliaan, hubungan, dan kebaikan.
(Diriwayatkan Tirmidzi dan menilainya sebagai hadits shahih).
Dari
Amr bin Murrah Al-Juhani berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana
menurutmu jika aku melaksanakan shalat lima (waktu), aku berpuasa
Ramadhan, menunaikan zakat, berhaji
ke Baitullah. Maka apa yang aku
dapatkan?" Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab,
"Barangsiapa melakukan hal itu ia bersama para nabi, orang-orang jujur,
para syuhada, dan orang-orang shalih. Kecuali jika ia durhaka kepada
orang tuanya" (Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Allah melaknat kepada orang yang durhaka kepada orang tuanya"
Juga
diceritakan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa beliau
bersabda, "Pada malam ketika aku diisra’ kan aku melihat beberapa kaum
yang bergelantungan pada dahan-dahan dari api. Aku bertanya, Wahai
Jibril, siapakah mereka itu?" Jibril menjawab, "Mereka adalah
orang-orang yang mencaci ayah dan ibu mereka di dunia"
Diriwayatkan
bahwa barangsiapa mencaci kedua orang tuanya akan didatangkan kepadanya
di dalam kuburan bara dari api sejumlah setiap titik air yang turun
dari langit ke bumi. Juga diriwayatkan bahwa jika seseorang durhaka
kepada orang tuanya. Nanti setelah dikubur, ia akan dihimpit kuburan itu
hingga tulang-tulang rusuknya berhimpit.
Yang paling keras siksanya pada hari Kiamat nanti tiga orang: Musyrik, pezina, dan yang durhaka kepada orang tua.
Seorang
laki-laki dan perempuan datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam, mereka bertengkar tentang permasalahan anak mereka. Yang
laki-laki berkata, Wahai Rasulullah, anakku ini keluar dari tulang
rusukku. Yang perempuan berkata, Wahai Rasulullah, ia membawanya dengan
ringan dan meletakkannya secara menyenangkan, sedangkan aku
mengandungnya susah dan melahirkannya pun susah, aku juga menyusuinya
dua tahun penuh. Akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
memutuskan anak itu untuk ibunya.
Nasihat
Wahai
yang mengabaikan hak-hak mulia ini, yang enggan berbakti kepada kedua
orang tua bahkan durhaka kepada mereka. Wahai orang yang lupa akan
kewajibannya, yang lalai kepada apa yang ada di depannya. Berbakti
kepada kedua orang tua bagimu adalah agama, Anda menerlantarkan
kewajiban ini dan mengekor kepada syahwat, menurut dugaanmu kamu mencari
surga, padahal surga itu ada di bawah telapak kaki ibumu. la
mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang terasa
sembilan tahun. la menderita saat melahirkanmu, suatu penderitaan yang
memilukan hati dan menyusuimu.
Demi kamu ngantuknya ditahan, dengan
tangan kanannya ia membersihkanmu dari kotoran dan mara bahaya. la lebih
mengutamakanmu dalam hal makanan. la menggunakan pangkuannya menjadi
tempat landasanmu, memberikanmu kebaikan dan pertolongan. Jika sakit
atau kepedihan menimpamu, ia menumpahkan rasa sayangnya secara
habis-habisan. Kegelisahannya karenamu dan kegundahannya terus
menemaninya,
jika demlakan harta miliknya untuk mengobatimu ke
dokter. Jika ia diberi pilihan antara hidupmu dan kematiannya, tentu ia
akan memilih kehidupan bagimu dengan suaranya yang lantang. Inilah kasih
sayang ibu.
Sudah berapa kali kamu memperlakukannya secara
kasar? Namun tetap saja ia mendoakanmu dalam kebaikan baik secara
rahasia atau terang-terangan. Tatkala ia menua dan membutuhkan sesuatu
kepadamu, rasanya ia menjadi beban paling berat bagimu. Kamu kekenyangan
sedangkan ia kelaparan, kamu hilang rasa dahaga sedangkan ia kering
kehausan. Kamu memberikan segala kebaikan kepada keluarga dan
anak-anakmu di saat kamu melupakannya. Terasa berat bagimu urusannya,
padahal ia mudah. Terasa panjang usianya bagimu padahal ia pendek. Kamu
mengusirnya, sedangkan dada penolong selainmu. Ini sikapmu sedang
Tuhanmu telah melarangmu mengatakan 'ah'. Allah mencacimu karena
hak-haknya yang kamu abaikan dengan cercaan halus, bahwa -dalam dunia
kamu akan dibalas dengan kedurhakaan anak-anakmu, sedang di dalam
akhirat kamu dijauhkan dari Tuhan semesta alam. Allah memanggilmu dengan
hina dan ancaman, Itulah (hasil) dari tanganmu (perbuatanmuj, dan
sesungguhnya Allah tidak berlaku dzalim kepada hamba-hamba-Nya.
(AI-Hajj: 10).
Bagi ibumu terdapat banyak hak atasmu. Apa yang
banyak menurutmu sesungguhnya sangatlah kecil sudah berapa malam ia
merasa memberatkanmu dan kamu mengadukan perihalnya dengan rintih dan
keluh Jika kamu tahu betapa berat saat ia melahirkanmu karena berat
beban itu hati terasa terbang melayang. Betapa sering ia menjagamu dari
mara bahaya dengan tangan kanannya. Dan pangkuannya pun menjadi
ranjangmu la mengorbankan jiwanya demi keluhanmu Dari susunya keluar
minuman suci bagimu Betapa sering kamu menderita kelaparan dan dengan
sepenuh tenaga la memberikan kasih sayangnya kepadamu di waktu kecilmu
Kasihan,
mengapa orang cerdas mesti menuruti nafsunya Kasihan bagi yang buta
hati sedangkan matanya melihat Berharaplah kamu terhadap semua
doa-doanya karena terhadap apa yang didoakannya kamu membutuhkannya.
Dikisahkan
bahwa terdapat seorang pemuda yang dikenal dengan nama Alqamah, ia
banyak berusaha mewujudkan ketaatannya kepada Allah dalam shalat, puasa,
dan sedekah. Lalu ia ditimpa penyakit hingga kondisinya sangat parah.
Ia mengutus istrinya untuk menemui Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam. Istrinya berkata, Suamiku, Alqamah sedang sekarat. Aku ingin
memberitahukanmu wahai Rasulullah tentang keadaannya. Lalu Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam mengutus Ammar dan Shuhaib serta Bilal
sembari bersabda, Pergilah kepadanya dan ajari ia syahadat. Mereka pergi
dan masuk ke tempatnya, mereka mendapatkannya telah sekarat. Para
sahabat itu lalu mengajarinya mengucapkannya `la ilaha illallah'
sementara lidahnya kelu dan tidak bisa mengucapkannya. Lalu para utusan
itu mengirim seseorang menemui Rasulullah shallallahu Alaihi wa Sallam
untuk memberitahukan kepada beliau bahwa lisannya tidak bisa mengucapkan
kalimat syahadat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya,
Apakah salah seorang dari kedua orang tuanya masih hidup? Utusan itu
menjawab, Wahai Rasulullah, hanya ada seorang ibu yang sudah tua renta.
Rasulullah mengutus sahabat tersebut untuk menemui ibunya, beliau
berkata kepadanya, Katakan kepadanya, apakah ibu bisa berjalan menemui
Rasulullah? Jika tidak bisa, tinggallah ibu di rumah hingga Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam datang kepadamu. Lalu utusan itu datang
kepadanya dan mengatakan kepadanya apa yang dipesankan Rasulullah
kepadanya. lbu itu berkata, Jiwaku untuk jiwanya sebagai tumbal, aku
lebih berkewajiban untuk mendatanginya. lbu itu bersandar kepada sebuah
tongkat dan berdiri dengan bantuan tongkat itu untuk datang menemui
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau berkata kepadanya, Wahai
Ibu Alqamah, berlaku jujurlah kepadaku, dan jika kamu berbohong,
sebenamya telah datang wahyu dari Allah kepadaku. Bagaimana keadaan
anakmu Alqamah? la berkata, Ya Rasulullah, ia banyak melaksanakan
shalat, banyak puasa, dan bersedekah. Rasulullah bertanya, Lalu
bagaimana dengan dirimu? la menjawab, Wahai Rasulullah, aku sedang marah
kepadanya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bertanya, Mengapa
begitu? la menjawab, Wahai Rasulullah, ia lebih mementingkan istrinya
daripada aku dan ia durhaka kepadaku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah menjadi penghalang
bagi lisan Alqamah untuk mengucapkan syahadat. Beliau berkata lagi, Ya
Bilal, pergi dan ambillah untukku kayu bakar yang banyak! Ibu itu
bertanya, Wahai Rasulullah, apa yang akan engkau lakukan? Rasulullah
menjawab, `Aku akan membakamya dengan api itu di hadapanmu. lbu itu
berkata, Wahai Rasulullah, hatiku tidak tahan melihat anakku dibakar di
hadapanku. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Wahai Ibu
Alqamah, siksaan Allah lebih dahsyat dan lebih kekal. Jika kamu senang
kalau Allah mengampuninya, ridhailah ia. Demi Dzat yang jiwaku di
tangan-Nya, Alqamah tidak akan mendapatkan manfaat dengan shalatnya,
puasanya, dan sedekahnya jika kamu masih marah kepadanya. la berkata,
Wahai Rasulullah, aku mempersaksikan kepada Allah Ta'ala, para malaikat,
dan semuanya, kaum Muslimin yang hadir bahwa aku kini telah ridha
kepada anakku, Alqamah. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, Pergilah wahai Bilal dan lihatlah apakah ia bisa mengucapkan
la ilaha illallah atau tidak! Bilal pergi dan terdengar dari dalam rumah
Alqamah mengucapkan la ilaha illallah. Bilal masuk dan berkata, Wahai
semuanya, sesungguhnya kemarahan ibunya menghalanginya untuk mengucapkan
syahadat dan keridhaannya membuat lisannya mampu mengucapkannya.
Kemudian pada hari itu juga Alqamah meninggal, Rasulullah hadir dan
memerintahkan untuk dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Beliau juga
menghadiri pemakamannya, lalu beliau berdiri di bibir kuburannya dan
bersabda, Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, barangsiapa yang
lebih mementingkan istrinya dibandingkan ibunya, maka ia mendapatkan
laknat dari Allah, para malaikat, dan semua manusia. Allah tidak akan
menerima pengganti atau penebus kecuali ia bertaubat kepada Allah Azza
wa Jalla dan berbuat baik kepadanya serta memohon keridhaannya. Karena
keridhaan Allah ada pada keridhaannya dan murka Allah ada pada murkanya.
Kita memohon kepada Allah agar berkenan memelihara kita dengan
keridhaan-Nya dan menjauhkan kita dari kemurkaannya. Sesungguhnya Allah
Mahamulia dan Maha Dermawan. Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.
Diambil dengan beberapa pengurangan dari “Al-Kabair” karya Imam Adz-Dzahabi