Selasa, 01 November 2011

HIDAYAH DINEGERI SAKURA

Kobe,
18 Desember 2005,-
 
Di sianghari yang gerimis, rintik hujan yang membasahi hampir seluruh kota, ku langkahkan kakiku menuju masjid bersejarah. Ya, memang bersejarah karena masjid ini merupakan masjid yang pertama berdiri di negeri sakura (jepang) ini.
Pada masa Perang Dunia ke dua tahun 1945 masjid ini merupakan bangunan yang masih berdiri di antara reruntuhan gedung dan rumah yang diluluhlantakan oleh bom-bom (diantaranya bom atom) dari pesawat sekutu. Terakhir pada tahun 1995 di saat gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter mengguncang kota, masjid ini masih berdiri kokoh walaupun hampir semua gedung disekitarnya roboh.
Sesampainya di masjid, langsung ku arahkah langkah melewati koridor dengan terlebih dahulu meletakkan sepatu di rak yang ada di samping koridor menuju tempat wudlu. Selesai berwudlu, langsung ku tunaikan sholat sunah 2 rakaat.
Karena masih ada waktu sebelum sholat ashar, selesai berdzikir kusempatkan untuk melihat-lihat selebaran dan agenda di papan pengumuman sambil duduk di kursi berselonjor kaki. Nyaman sekali rasanya bisa duduk dengan bersolonjor kaki setelah banyak aktifitas dari pagi.
Di saat duduk di kursi ini, tiba-tiba pintu masuk masjid terbuka dan "Konnichiwa…1" seorang pemuda Jepang sudah berdiri di ambang pintu. Dengan tidak kalah hangat ku balas sapaannya.
Dia lalu mengenalkan diri dan mengatakan bahwa dirinya bukan seorang muslim adapun maksudnya datang ke masjid karena tertarik dengan kebudayaan Islam. Dengan ramah dia bercerita datang jauh dari daerah di sekitar Tokyo selain ingin berkunjung ke sanak famili yang ada di kota ini juga untuk bisa mengunjungi masjid ini.
Panjang lebar dia bercerita tentang pengalamanya tinggal di Syria dan Italia. Tapi ada satu cerita yang menarik dari dia yaitu ketika dia tinggal di Italia, dia mempunyai teman seorang muslim yang dia kagumi. Menurut dia, teman muslimnya inilah yang membuat dia tertarik sekali untuk mempelajari kebudayaan Islam. Dia terkesan sekali akan tutur kata dan perilaku teman muslimnya.
Setelah mendapat ijin dari imam masjid, ku antar pemuda ini masuk ke dalam ruang utama masjid. Ku lihat di wajahnya ada rasa ketertarikan yang sangat ketika melihat ruang utama masjid. Adzan ashar pun berkumandang dan ku lihat di wajahnya lagi ada pancaran ketenangan dan kenyamanan di saat mendengarkan lantunan adzan.
Saya pun berpamit untuk menunaikan sholat dan dia tetap menunggu di bagian belakang ruang utama masjid. Kemudian imam masjid mempersilahkan dia untuk duduk sebelum jemaah mendirikan sholat ashar. Setelah sholat ashar ku temui lagi pemuda tersebut yang ternyata sedang duduk dengan posisi seperti orang sedang duduk tahiyat awal.
Mungkin ketika jemaah sedang sholat ashar dia melihat dari belakang bagaimana duduk dengan posisi duduk yang kami lakukan. Ku ajukan ke dia apakah ada sesuatu yang ingin ditanyakan. Dengan tenang dan senyuman dia membalas "Untuk saat ini belum.." .
Setelah bercakap sebentar maka kami keluar ruang utama masjid menuju ke beranda masjid. Karena ada janji untuk bertemu dengan teman kampus maka kami pun berpisah. Sebelum berpisah sempat kulihat dia masih berbincang dengan imam masjid.
Di sepanjang perjalanan sepulang dari masjid kupanjatkan doa agar pemuda tadi mendapatkan hidayah dari Allah dan semoga Allah memberkan keteguhan hatinya untuk dapat meraih indahnya nikmat iman dan Islam. Amiin yaa robbal ‘alamin…




Kita Ochiai, Kobe
Rabiul Thani 1431H
Catatan:
1. Konnichiwa = Selamat siang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar