Kobe,
18 Desember 2005,-
Di sianghari yang gerimis, rintik hujan yang membasahi hampir seluruh kota, ku
langkahkan kakiku menuju masjid bersejarah. Ya, memang bersejarah karena
masjid ini merupakan masjid yang pertama berdiri di negeri sakura (jepang) ini.
Pada masa Perang Dunia ke dua tahun 1945 masjid ini merupakan
bangunan yang masih berdiri di antara reruntuhan gedung dan rumah yang
diluluhlantakan oleh bom-bom (diantaranya bom atom) dari pesawat sekutu. Terakhir pada tahun
1995 di saat gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter mengguncang kota, masjid
ini masih berdiri kokoh walaupun hampir semua gedung disekitarnya
roboh.
Sesampainya di masjid, langsung ku arahkah langkah melewati koridor
dengan terlebih dahulu meletakkan sepatu di rak yang ada di samping
koridor menuju tempat wudlu. Selesai berwudlu, langsung ku tunaikan
sholat sunah 2 rakaat.
Karena masih ada waktu sebelum sholat ashar, selesai berdzikir
kusempatkan untuk melihat-lihat selebaran dan agenda di papan pengumuman
sambil duduk di kursi berselonjor kaki. Nyaman sekali rasanya bisa
duduk dengan bersolonjor kaki setelah banyak aktifitas dari pagi.
Di saat duduk di kursi ini, tiba-tiba pintu masuk masjid terbuka dan
"Konnichiwa…1" seorang pemuda Jepang sudah berdiri di ambang pintu.
Dengan tidak kalah hangat ku balas sapaannya.
Dia lalu mengenalkan diri dan mengatakan bahwa dirinya bukan seorang
muslim adapun maksudnya datang ke masjid karena tertarik dengan
kebudayaan Islam. Dengan ramah dia bercerita datang jauh dari daerah di
sekitar Tokyo selain ingin berkunjung ke sanak famili yang ada di kota
ini juga untuk bisa mengunjungi masjid ini.
Panjang lebar dia bercerita tentang pengalamanya tinggal di Syria
dan Italia. Tapi ada satu cerita yang menarik dari dia yaitu ketika dia
tinggal di Italia, dia mempunyai teman seorang muslim yang dia kagumi.
Menurut dia, teman muslimnya inilah yang membuat dia tertarik sekali
untuk mempelajari kebudayaan Islam. Dia terkesan sekali akan tutur kata
dan perilaku teman muslimnya.
Setelah mendapat ijin dari imam masjid, ku antar pemuda ini masuk ke
dalam ruang utama masjid. Ku lihat di wajahnya ada rasa ketertarikan
yang sangat ketika melihat ruang utama masjid. Adzan ashar pun
berkumandang dan ku lihat di wajahnya lagi ada pancaran ketenangan dan
kenyamanan di saat mendengarkan lantunan adzan.
Saya pun berpamit untuk menunaikan sholat dan dia tetap menunggu di
bagian belakang ruang utama masjid. Kemudian imam masjid mempersilahkan
dia untuk duduk sebelum jemaah mendirikan sholat ashar. Setelah sholat
ashar ku temui lagi pemuda tersebut yang ternyata sedang duduk dengan
posisi seperti orang sedang duduk tahiyat awal.
Mungkin ketika jemaah sedang sholat ashar dia melihat dari belakang
bagaimana duduk dengan posisi duduk yang kami lakukan. Ku ajukan ke dia
apakah ada sesuatu yang ingin ditanyakan. Dengan tenang dan senyuman dia
membalas "Untuk saat ini belum.." .
Setelah bercakap sebentar maka kami keluar ruang utama masjid menuju
ke beranda masjid. Karena ada janji untuk bertemu dengan teman kampus
maka kami pun berpisah. Sebelum berpisah sempat kulihat dia masih
berbincang dengan imam masjid.
Di sepanjang perjalanan sepulang dari masjid kupanjatkan doa agar
pemuda tadi mendapatkan hidayah dari Allah dan semoga Allah memberkan
keteguhan hatinya untuk dapat meraih indahnya nikmat iman dan Islam.
Amiin yaa robbal ‘alamin…
Kita Ochiai, Kobe
Rabiul Thani 1431H
Catatan:
1. Konnichiwa = Selamat siang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar